Tuesday, December 21, 2021

KOMIK DEWASA DAN PENGARUHNYA



Apa persamaan Vertigo dengan Level Comics? Tentunya paling tidak ada satu persamaan yaitu kedua penerbit ini, satu di Amerika dan satu lagi di Indonesia sama-sama menerbitkan komik dengan pangsa pasar dewasa berusia delapan belas tahun ke atas atau lebih. Vertigo yang merupakan lini penerbitan komik dewasa DC Comics sudah berhenti sekarang, sementara Level Comics masih terus berproduksi, malah sekarang bertambah satu lagi penerbit komik dewasa Indonesia yakni Akasha yang merupakan lini penerbitan komik dewasa M&C Comics Gramedia. Seberapa besar sebenarnya pangsa pasar komik dewasa, terutama di Indonesia?

Tunggu sebentar, mari kita simak apa anggapan orang dewasa di Indonesia untuk komik. Mungkin sebagian besar orang dewasa di Indonesia berkata bahwa komik itu untuk anak kecil dan tidak cocok untuk dewasa karena memang komik itu harus lucu, ceritanya harus seringan mungkin sehingga tidak memungkinkan untuk berpikir, juga banyak adegan aksi yang mendominasi cerita, paling tidak komik itu harus ringan dan menghibur. Ringan dan menghibur adalah kunci untuk membuat komik yang tampaknya bisa sukses dan menarik sebagian besar atensi dari semua orang baik pecinta komik maupun pembaca biasa.

Bagaimana kalau komik untuk orang dewasa? Tentunya bukan komik yang ringan dan menghibur tapi mungkin komik yang menyajikan jalan cerita yang rumit dan membutuhkan konsentrasi penuh untuk membaca, serta dengan penyajian gambar yang jelas jauh dari kesan cerah ceria riang gembira penuh warna.

Sekarang saya hanya mengatakan fakta. Saya sebagai orang dewasa yang suka sekali bahkan hobi membaca, bekerja di kantor dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore belum lagi jika mendapat jatah lembur kerja. Ketika pulang kerja sampai di rumah untuk mandi dan beristirahat serta ingin mendapat hiburan, apakah cocok jika membaca komik untuk orang yang seusia saya? Belum tentu karena mungkin adanya tekanan dalam pekerjaan dari pagi hingga sore, tentunya kita membutuhkan bacaan dalam hal ini komik yang cerita dan gambarnya ringan menghibur serta cerah ceria, paling tidak sebagai katalisator kita hari ini. Apa yang terjadi jika bacaan saja malah komik dewasa dengan cerita berat dan gambar kelam? Bisa jadi saya malah tambah tertekan. Belum tentu juga. Jika waktu kita bekerja lima hari dalam seminggu dan kita libur hari Sabtu dan Minggu, maka saat hari Jum’at petang tiba dan kita sudah pulang sampai ke rumah, maka bisa jadi untuk menghibur diri dan melepaskan kepenatan di akhir pekan dengan dua hari libur, kita bakal membaca komik untuk dewasa.

Membaca komik dewasa tentu berbeda sekali dengan membaca komik untuk segala usia. Boleh jadi kita malah tertegun terlebih dahulu jika di meja kerja kita terdapat sebuah buku yang ukurannya serupa novel atau kumpulan cerita pendek yang tebal tapi setelah kita buka ternyata isinya gambar semua dan bukan tulisan yang kita duga. Dari sampul depan saja mungkin kita juga terpana karena bisa jadi wujudnya impresionis dan bukan naturalis atau realistis. Terus untuk bagian isi bisa jadi gambar-gambarnya berwarna atau hitam putih. Kalau hitam putih mungkin mata kita sudah terbiasa membaca, tapi jika berwarna maka warnanya tidak secerah atau seceria komik segala usia karena warna-warna untuk komik dewasa itu biasanya suram dan muram, paling tidak menghindari adanya unsur cahaya berlebihan maupun kerlap-kerlip efek gambar yang mengkilap.

Mari kita lanjutkan ke segi cerita. Dari segi cerita, satu unsur yang biasanya ada di komik segala usia pasti tidak ada atau kalau ada tampilannya minim sekali yakni unsur humor atau komedi, segala macam hal yang lucu-lucu dan mengundang tawa. Kalaupun ada unsur humor dalam komik dewasa, maka humornya pasti sinis, bernada negatif, serta mengandung sisi kepahitan yang sangat ironis dan sarkastis, intinya humor yang bukan untuk semua orang, serta humor yang sebenarnya mentertawakan diri sendiri secara menyedihkan dan tidak menyenangkan. Lalu bagaimana dengan adegan aksi dalam komik dewasa? Nah jika dalam komik segala usia, adegan aksi sang protagonis biasanya tergambar begitu luar biasa, heroik, sekaligus ikonik, kebaikan akan mengalahkan kejahatan dan selalu begitu serta biasanya sang protagonis biasanya menang telak dan punya akhir yang sangat membahagiakan selama-lamanya tanpa terkalahkan sama sekali, maka dalam komik dewasa bisa jadi sang protagonis tidak selamat di akhir cerita, atau kalaupun selamat cenderung menderita atau memilukan nasibnya atau berakhir sedih ceritanya atau tidak jelas akhir ceritanya entah itu menggantung dalam artian membutuhkan cerita penyambung demi melihat hasil akhir sang protagonis atau malah terbiarkan penasaran bagi pembacanya. Kalau kita bandingkan dari jumlah halaman misalnya, komik dewasa seratus halaman biasanya mungkin hanya dua puluh halaman memiliki adegan aksi atau hanya sebesar dua puluh persen atau lebih sedikit, sementara komik segala usia pada umumnya dari seratus halaman memiliki paling tidak lima puluh lima halaman adegan aksi atau lebih kurang lima puluh lima persen tingkat prosentasenya adegan aksinya. Memang komik dewasa biasanya menitikberatkan adegan drama yang banyak melibatkan adegan percakapan sang protagonis dengan tokoh-tokoh pendukung kisahnya.

Selanjutnya untuk adegan romansa, tentu jelas berbeda antara komik segala usia dengan komik dewasa. Sangat berbeda, bahkan saat saya melihat sampul komik dengan label dewasa atau 18+, pikiran saya sudah membayangkan yang tidak-tidak, melanglang buana ke mana pun yang saya inginkan dan sungguh berbeda jika saya bandingkan dengan sampul komik segala usia yang biasanya menurut saya aman, nyaman, dan tenteram. Adegan romansa dalam komik dewasa pastinya terang-terangan dan apa adanya tanpa penutup apapun sehingga dengan demikian sensor pun sangat longgar dan tidak berlaku. Maaf sekali, adegan pamer susu, sodor bokong, hingga berbagai gaya gulat ranjang kenikmatan yang sangat mempesona menjadi jualan utama dan itu sesungguhnya harus mendapat pemakluman dari semua pembaca tanpa kecuali, artinya pembaca yang membaca komik dewasa harus mau menerima konsekuensinya dan bersiap menanggung segala macam resiko yang kemungkinan besar timbul setelah membaca komik dewasa.

Saya sendiri pertama kali membaca komik dewasa yaitu Fables karya Bill Willingham dan Lan Medina produksi Vertigo yang secara berani menokohkan para tokoh dunia dongeng pada setting atau latar tempat yang nyata dengan memberikan penekanan kisah yang berat mengguncang serta berbagai adegan percintaan yang berani sekali menyerempet bahaya. Sebelum membaca Fables, biasanya saya hanya membaca komik-komik untuk remaja terutama komik dengan tokoh utama Batman (dari DC Comics) dan Spider-Man (dari Marvel Comics). Setelah membaca Fables, saya malah kegirangan membaca berbagai macam komik dewasa yang berkualitas dan berpengaruh sehingga sekarang saya malah jarang sekali membaca komik segala usia karena sudah terlanjur mencandui komik dewasa.

Sebenarnya pengaruh komik dewasa itu tergantung bagaimana cara pembaca menyikapinya. Kalau tidak siap mental membaca komik dewasa, jangan harap bisa terhibur, bisa jadi malah tertekan karena ceritanya yang berat dan serius. Kehidupan memang serius dan bukan main-main meskipun kita tahu bahwa dunia yang kita tinggali ini adalah panggung sandiwara di mana segala lika-liku kisah mulai dari ringan sampai terjal dapat terjadi tanpa memandang jarak, tempat dan juga waktu. Karena itulah komik dewasa hadir ke tengah-tengah kita dan memberikan pengaruh yang luas bagi kita untuk memandang dunia seutuhnya. Dunia tidak seperti daun kelor karena dunia ini sangat luas. Beranikah anda berjalan kaki dari Jakarta menuju Alaska? Apapun jawaban anda, premis demikian bisa berlaku bagi kisah komik dewasa, bagaimana sang protagonis memulai perjalanannya dari Jakarta menuju Alaska tentu dengan segala resiko yang bisa dia tanggung, termasuk biaya hidup sepanjang perjalanan. Apakah sang protagonis tahu di mana letak Alaska sebenarnya? Bagaimana kalau sang protagonis berpikir bahwa Alaska itu ada di Antartika dan bukannya merupakan salah satu negara bagian Amerika Serikat? Jelas dengan pendekatan realistis dan alami, penceritaan perjalanan sang protagonis menuju Alaska ini bisa memakan lebih dari ratusan lembar halaman mengenai segala macam problematika protagonist sepanjang perjalanan dari Jakarta sampai Alaska. Bisa jadi jika anda sebagai pembaca tidak siap mental membaca komik dewasa dengan kisah seberat ini dan malah mengalami depresi padahal semestinya membaca komik tidak menimbulkan depresi karena niat membaca komik itu untuk menghibur diri sendiri.

Dengan demikian sudah jelas bahwa komik dewasa tidak sama dengan komik segala usia. Sampai kapan pun komik dewasa tidak bakal sama dengan komik segala usia. Bahkan jika banyak sekali pembaca yang tidak mau tahu tentang komik dewasa dan bersikeras bahwa komik itu hanya berlaku segala usia maka renungkan saja kehidupan kita. Apakah kita mau membaca komik segala usia terus meski usia kita terus bertambah dan wawasan serta pengetahuan juga pengalaman hidup kita semakin bervariasi tumbuh kembangnya. Membaca komik dewasa berarti secara tidak langsung mendewasakan diri kita juga, paling tidak dengan kisah serius dan kelam yang ada di komik dewasa, kita bisa sepenuhnya menyadari betapa variatifnya kehidupan di dunia yang kita cintai ini dan bahwa dunia tidaklah sama dari timur ke barat dan dari selatan ke utara. Bumi terus berputar, dunia tempat kita berpijak juga terus berpijar menuju akhir saat sangkakala bertiup kencang. Hingga saat yang telah ada dalam ketentuan tersebut tiba, saya kira dunia tetap membutuhkan kehadiran komik dewasa yang mau bertutur secara demikian terbuka mengenai segala hal yang membutuhkan kejujuran yang bijaksana.

Saat saya mengetik tulisan ini, saya tahu ada banyak komik dewasa yang bertebaran di mana-mana menunggu pembaca untuk membeli dan membaca, termasuk komik dewasa karya saya juga. Tidak berlebihan memang jika saya menyarankan para pembaca untuk membaca dan menelusuri lebih jauh mengenai pengaruh dan dampak komik dewasa bagi kesehatan hati dan jiwa kita. Membaca komik dewasa itu baik dan perlu.

Sekian dan terima kasih.

No comments:

Post a Comment

REVIEW FILM THE MATRIX RESURRECTIONS (2021)

Jadi pil mana yang bakal kau pilih? biru atau merah? terserah Neo. Selepas trilogi film aslinya yang sangat luar biasa, terutama dua film pe...