Apa persamaan Vertigo dengan Level Comics? Tentunya paling tidak ada satu persamaan yaitu kedua penerbit ini, satu di Amerika dan satu lagi di Indonesia sama-sama menerbitkan komik dengan pangsa pasar dewasa berusia delapan belas tahun ke atas atau lebih. Vertigo yang merupakan lini penerbitan komik dewasa DC Comics sudah berhenti sekarang, sementara Level Comics masih terus berproduksi, malah sekarang bertambah satu lagi penerbit komik dewasa Indonesia yakni Akasha yang merupakan lini penerbitan komik dewasa M&C Comics Gramedia. Seberapa besar sebenarnya pangsa pasar komik dewasa, terutama di Indonesia?
Tunggu sebentar, mari kita simak apa anggapan orang dewasa di Indonesia untuk komik. Mungkin sebagian besar orang dewasa di Indonesia berkata bahwa komik itu untuk anak kecil dan tidak cocok untuk dewasa karena memang komik itu harus lucu, ceritanya harus seringan mungkin sehingga tidak memungkinkan untuk berpikir, juga banyak adegan aksi yang mendominasi cerita, paling tidak komik itu harus ringan dan menghibur. Ringan dan menghibur adalah kunci untuk membuat komik yang tampaknya bisa sukses dan menarik sebagian besar atensi dari semua orang baik pecinta komik maupun pembaca biasa.
Bagaimana kalau
komik untuk orang dewasa? Tentunya bukan komik yang ringan dan menghibur tapi
mungkin komik yang menyajikan jalan cerita yang rumit dan membutuhkan
konsentrasi penuh untuk membaca, serta dengan penyajian gambar yang jelas jauh
dari kesan cerah ceria riang gembira penuh warna.
Sekarang saya
hanya mengatakan fakta. Saya sebagai orang dewasa yang suka sekali bahkan hobi
membaca, bekerja di kantor dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore belum
lagi jika mendapat jatah lembur kerja. Ketika pulang kerja sampai di rumah
untuk mandi dan beristirahat serta ingin mendapat hiburan, apakah cocok jika
membaca komik untuk orang yang seusia saya? Belum tentu karena mungkin adanya
tekanan dalam pekerjaan dari pagi hingga sore, tentunya kita membutuhkan bacaan
dalam hal ini komik yang cerita dan gambarnya ringan menghibur serta cerah
ceria, paling tidak sebagai katalisator kita hari ini. Apa yang terjadi jika
bacaan saja malah komik dewasa dengan cerita berat dan gambar kelam? Bisa jadi
saya malah tambah tertekan. Belum tentu juga. Jika waktu kita bekerja lima hari
dalam seminggu dan kita libur hari Sabtu dan Minggu, maka saat hari Jum’at
petang tiba dan kita sudah pulang sampai ke rumah, maka bisa jadi untuk
menghibur diri dan melepaskan kepenatan di akhir pekan dengan dua hari libur,
kita bakal membaca komik untuk dewasa.
Membaca komik
dewasa tentu berbeda sekali dengan membaca komik untuk segala usia. Boleh jadi
kita malah tertegun terlebih dahulu jika di meja kerja kita terdapat sebuah
buku yang ukurannya serupa novel atau kumpulan cerita pendek yang tebal tapi
setelah kita buka ternyata isinya gambar semua dan bukan tulisan yang kita
duga. Dari sampul depan saja mungkin kita juga terpana karena bisa jadi
wujudnya impresionis dan bukan naturalis atau realistis. Terus untuk bagian isi
bisa jadi gambar-gambarnya berwarna atau hitam putih. Kalau hitam putih mungkin
mata kita sudah terbiasa membaca, tapi jika berwarna maka warnanya tidak
secerah atau seceria komik segala usia karena warna-warna untuk komik dewasa
itu biasanya suram dan muram, paling tidak menghindari adanya unsur cahaya
berlebihan maupun kerlap-kerlip efek gambar yang mengkilap.
Mari kita
lanjutkan ke segi cerita. Dari segi cerita, satu unsur yang biasanya ada di
komik segala usia pasti tidak ada atau kalau ada tampilannya minim sekali yakni
unsur humor atau komedi, segala macam hal yang lucu-lucu dan mengundang tawa.
Kalaupun ada unsur humor dalam komik dewasa, maka humornya pasti sinis, bernada
negatif, serta mengandung sisi kepahitan yang sangat ironis dan sarkastis,
intinya humor yang bukan untuk semua orang, serta humor yang sebenarnya
mentertawakan diri sendiri secara menyedihkan dan tidak menyenangkan. Lalu
bagaimana dengan adegan aksi dalam komik dewasa? Nah jika dalam komik segala
usia, adegan aksi sang protagonis biasanya tergambar begitu luar biasa, heroik,
sekaligus ikonik, kebaikan akan mengalahkan kejahatan dan selalu begitu serta
biasanya sang protagonis biasanya menang telak dan punya akhir yang sangat
membahagiakan selama-lamanya tanpa terkalahkan sama sekali, maka dalam komik
dewasa bisa jadi sang protagonis tidak selamat di akhir cerita, atau kalaupun
selamat cenderung menderita atau memilukan nasibnya atau berakhir sedih ceritanya
atau tidak jelas akhir ceritanya entah itu menggantung dalam artian membutuhkan
cerita penyambung demi melihat hasil akhir sang protagonis atau malah
terbiarkan penasaran bagi pembacanya. Kalau kita bandingkan dari jumlah halaman
misalnya, komik dewasa seratus halaman biasanya mungkin hanya dua puluh halaman
memiliki adegan aksi atau hanya sebesar dua puluh persen atau lebih sedikit, sementara
komik segala usia pada umumnya dari seratus halaman memiliki paling tidak lima
puluh lima halaman adegan aksi atau lebih kurang lima puluh lima persen tingkat
prosentasenya adegan aksinya. Memang komik dewasa biasanya menitikberatkan
adegan drama yang banyak melibatkan adegan percakapan sang protagonis dengan
tokoh-tokoh pendukung kisahnya.
Selanjutnya
untuk adegan romansa, tentu jelas berbeda antara komik segala usia dengan komik
dewasa. Sangat berbeda, bahkan saat saya melihat sampul komik dengan label
dewasa atau 18+, pikiran saya sudah membayangkan yang tidak-tidak, melanglang
buana ke mana pun yang saya inginkan dan sungguh berbeda jika saya bandingkan
dengan sampul komik segala usia yang biasanya menurut saya aman, nyaman, dan
tenteram. Adegan romansa dalam komik dewasa pastinya terang-terangan dan apa
adanya tanpa penutup apapun sehingga dengan demikian sensor pun sangat longgar
dan tidak berlaku. Maaf sekali, adegan pamer susu, sodor bokong, hingga
berbagai gaya gulat ranjang kenikmatan yang sangat mempesona menjadi jualan
utama dan itu sesungguhnya harus mendapat pemakluman dari semua pembaca tanpa
kecuali, artinya pembaca yang membaca komik dewasa harus mau menerima
konsekuensinya dan bersiap menanggung segala macam resiko yang kemungkinan
besar timbul setelah membaca komik dewasa.
Saya sendiri
pertama kali membaca komik dewasa yaitu Fables
karya Bill Willingham dan Lan Medina produksi Vertigo yang secara berani
menokohkan para tokoh dunia dongeng pada setting atau latar tempat yang nyata
dengan memberikan penekanan kisah yang berat mengguncang serta berbagai adegan
percintaan yang berani sekali menyerempet bahaya. Sebelum membaca Fables, biasanya saya hanya membaca
komik-komik untuk remaja terutama komik dengan tokoh utama Batman (dari DC Comics) dan Spider-Man
(dari Marvel Comics). Setelah membaca Fables,
saya malah kegirangan membaca berbagai macam komik dewasa yang berkualitas dan
berpengaruh sehingga sekarang saya malah jarang sekali membaca komik segala
usia karena sudah terlanjur mencandui komik dewasa.
Sebenarnya
pengaruh komik dewasa itu tergantung bagaimana cara pembaca menyikapinya. Kalau
tidak siap mental membaca komik dewasa, jangan harap bisa terhibur, bisa jadi
malah tertekan karena ceritanya yang berat dan serius. Kehidupan memang serius
dan bukan main-main meskipun kita tahu bahwa dunia yang kita tinggali ini
adalah panggung sandiwara di mana segala lika-liku kisah mulai dari ringan
sampai terjal dapat terjadi tanpa memandang jarak, tempat dan juga waktu.
Karena itulah komik dewasa hadir ke tengah-tengah kita dan memberikan pengaruh
yang luas bagi kita untuk memandang dunia seutuhnya. Dunia tidak seperti daun
kelor karena dunia ini sangat luas. Beranikah anda berjalan kaki dari Jakarta
menuju Alaska? Apapun jawaban anda, premis demikian bisa berlaku bagi kisah
komik dewasa, bagaimana sang protagonis memulai perjalanannya dari Jakarta
menuju Alaska tentu dengan segala resiko yang bisa dia tanggung, termasuk biaya
hidup sepanjang perjalanan. Apakah sang protagonis tahu di mana letak Alaska
sebenarnya? Bagaimana kalau sang protagonis berpikir bahwa Alaska itu ada di
Antartika dan bukannya merupakan salah satu negara bagian Amerika Serikat?
Jelas dengan pendekatan realistis dan alami, penceritaan perjalanan sang protagonis
menuju Alaska ini bisa memakan lebih dari ratusan lembar halaman mengenai
segala macam problematika protagonist sepanjang perjalanan dari Jakarta sampai
Alaska. Bisa jadi jika anda sebagai pembaca tidak siap mental membaca komik
dewasa dengan kisah seberat ini dan malah mengalami depresi padahal semestinya
membaca komik tidak menimbulkan depresi karena niat membaca komik itu untuk
menghibur diri sendiri.
Dengan demikian
sudah jelas bahwa komik dewasa tidak sama dengan komik segala usia. Sampai
kapan pun komik dewasa tidak bakal sama dengan komik segala usia. Bahkan jika
banyak sekali pembaca yang tidak mau tahu tentang komik dewasa dan bersikeras
bahwa komik itu hanya berlaku segala usia maka renungkan saja kehidupan kita.
Apakah kita mau membaca komik segala usia terus meski usia kita terus bertambah
dan wawasan serta pengetahuan juga pengalaman hidup kita semakin bervariasi
tumbuh kembangnya. Membaca komik dewasa berarti secara tidak langsung
mendewasakan diri kita juga, paling tidak dengan kisah serius dan kelam yang
ada di komik dewasa, kita bisa sepenuhnya menyadari betapa variatifnya
kehidupan di dunia yang kita cintai ini dan bahwa dunia tidaklah sama dari
timur ke barat dan dari selatan ke utara. Bumi terus berputar, dunia tempat
kita berpijak juga terus berpijar menuju akhir saat sangkakala bertiup kencang.
Hingga saat yang telah ada dalam ketentuan tersebut tiba, saya kira dunia tetap
membutuhkan kehadiran komik dewasa yang mau bertutur secara demikian terbuka
mengenai segala hal yang membutuhkan kejujuran yang bijaksana.
Saat saya
mengetik tulisan ini, saya tahu ada banyak komik dewasa yang bertebaran di
mana-mana menunggu pembaca untuk membeli dan membaca, termasuk komik dewasa
karya saya juga. Tidak berlebihan memang jika saya menyarankan para pembaca untuk
membaca dan menelusuri lebih jauh mengenai pengaruh dan dampak komik dewasa
bagi kesehatan hati dan jiwa kita. Membaca komik dewasa itu baik dan perlu.
Sekian dan
terima kasih.
No comments:
Post a Comment