Thursday, December 30, 2021

CONTOH TERJEMAHAN NOVEL THE IPCRESS FILE

 

Harry, sang tokoh utama.

PROLOG

 

Tembusan kepada: no. 1. Tembusan 2.

Tindakan: W.O.O.C.(P).

Asal: Kabinet.

Otoritas: PH6.

Catatan: Mohon persiapkan hasil Berkas M/1993/GH 222223 untuk Sekretaris Parlemen Menteri Pertahanan

MEREKA datang melalui jalur (sepenuhnya terbuka) langsung sekitar pukul setengah tiga siang itu. Pak Menteri tidak cukup memahami beberapa aspek dalam hasil dari berkas tersebut. Barangkali aku dapat bertemu dengan Pak Menteri.

Barangkali.

Kediaman Pak Menteri menghadap Alun-Alun Trafalgar dan dibangun layaknya Oliver Messel melakukannya untuk Oscar Wilde. Beliau duduk di Sheraton, aku duduk di Hepplewhite dan kami saling mengintip satu sama lain melalui tumbuhan aspidistra.

“Ceritakan padaku tentang keseluruhan cerita ini dengan kata-katamu sendiri, Teman Lama. Rokok?”

Aku ingin tahu kata-kata siapa yang mungkin kugunakan saat beliau menyibak daun aspidistra itu dengan kotak rokok tipis warna emas miliknya. Aku mengalahkan beliau dengan sekotak rokok Gauloises yang kusut; aku tidak tahu bagaimana memulainya.

“Aku tidak tahu dari mana harus memulai,” kataku. “Dokumen pertama dalam berkas itu…”

Pak Menteri melambaikan tangan kepadaku. “Lupakan berkas itu, teman lamaku, ceritakan padaku menurut versimu sendiri. Mulai saja dengan pertemuan pertamamu dengan orang ini…” beliau melihat di buku kecil Maroko miliknya, “Jay. Ceritakan padaku tentang dia.”

“Jay. Nama kodenya berubah menjadi Kotak Empat,” kataku.

“Itu sangat membingungkan,” kata Pak Menteri, dan beliau menulisnya dalam bukunya.

“Cerita ini memang sangat membingungkan,” aku menuturkan kepada beliau. “Aku berada dalam bisnis yang membingungkan.”

Pak Menteri berkata, “Cukup,” berulangkali, dan aku meletakkan seperempat inci abu rokok dalam asbak Kashan warna biru.

“Aku tengah berada di kediaman Lederer sekitar pukul satu dinihari saat pertama kali aku melihat Jay.” kataku meneruskan cerita.

“Kediaman Lederer?” kata Pak Menteri. “Apa itu?”

“Akan sangat sulit bagiku jika aku harus menjawab pertanyaan saat aku meneruskan cerita,” kataku. “Jika itu sama saja bagi anda, Pak Menteri, aku lebih suka jika anda mencatat semua pertanyaan anda dan menanyakannya setelah ini semua selesai.”

“Teman lamaku, tidak ada kata lagi, aku berjanji.”

Dan selama penjelasan lengkap yang kuutarakan, beliau tidak pernah bertanya lagi.

 

BAB 1

 

[Aquarius (20 Januari – 19 Februari) Hari yang sulit. Kau akan menghadapi masalah yang bervariasi. Bertemu teman-teman dan melakukan berbagai kunjungan. Hal ini akan membantumu menjadi lebih teratur.]

AKU TIDAK peduli apapun katamu, 18.000 poundsterling merupakan uang yang sangat banyak. Pemerintah Inggris telah memberikan instruksi kepadaku untuk membayarkannya kepada sang pria yang duduk di meja pojok dan sekarang tengah melakukan ritual pembunuhan terhadap pasta krim dengan menggunakan pisau dan garpu.

Jay, demikian Pemerintah menyebut nama pria ini. Matanya kecil seperti babi, kumisnya lebar, dan memakai sepatu buatan tangan yang aku tahu berukuran sepuluh. Dia berjalan sedikit terpincang-pincang dan memiliki kebiasaan menekan alisnya dengan ibu jari. Aku mengenali dia seperti aku mengenali orang lainnya karena aku telah melihat film tentang dia di bioskop mini pribadi di Jalan Charlotte, setiap hari sebulan.

Tepat sebulan sebelumnya aku tidak pernah tahu siapa itu Jay. Tiga minggu masa pemutusan kontrak kerjaku telah usai. Aku telah menggunakannya sedikit atau tidak sama sekali kecuali kau telah bersiap mempertimbangkan untuk meringkasnya dengan bantuan koleksi buku sejarah militer milikku tentang pekerjaan yang cocok bagi pria dewasa. Tidak banyak temanku yang sesiap itu.

Aku bangun dan berkata kepada diriku sendiri “Sekarang Saatnya” tetapi aku seperti tidak ingin bangun tidur dengan semangat yang sama. Aku dapat mendengar suara hujan bahkan sebelum membuka korden. Bulan Desember di London, pohon yang tertutup jelaga di luar rumah mencambuki dirinya sendiri sehingga menimbulkan kegaduhan yang luar biasa. Aku cepat-cepat menutup korden, menari melintasi lantai yang sedingin es, membaca cepat koran pagi, dan duduk menunggu teko mendidih. Aku berjuang keras memakai satu-satunya dasi wolku yang gelap – sutra biru dan merah dengan desain persegi – tapi harus menunggu kedatangan taksi dalam empat puluh menit. Para sopir taksi sangat tidak suka datang ke selatan Thames, kau tahu itu.

Sungguh hal yang membuatku kurang nyaman saat mengatakan “kantor perang” kepada para sopir taksi; di satu waktu aku harus mengatakan kepada mereka supaya berhenti di salah satu bar di Whitehall, atau berkata “akan kuberitahu saat harus berhenti” hanya untuk menghindari aku supaya tidak berkata “kantor perang”. Ketika aku keluar dari taksi, sopirnya telah memberhentikan aku di depan pintu masuk Whitehall Place dan aku harus berjalan melintasi beberapa blok menuju pintu masuk Horseguards Avenue. Kendaraan Sang Juara diparkir di sana, pengemudi berleher merah berkata “ambil itu satu” pada si kopral baik hati bercelana jengki. Prajurit berusia sama kurasa. Lorong panjang mirip WC itu tampak gelap dan kotor, dan kartu-kartu putih kecil dengan tulisan militer yang presisi tertempel di setiap pintu bercat hijau: GS3, Mayor ini, Kolonel itu, Para Tuan yang terhormat, dan ruangan minum teh tanpa nama yang aneh di mana sekumpulan wanita tua berkacamata yang ceria bermunculan saat tidak mempraktekkan alkemi di dalamnya. Ruangan 134 mirip seperti yang lainnya; empat lemari arsip warna hijau standar, dua lemari logam hijau, dua meja disusun bersama saling berhadapan dengan jendela, dua kilogram gula pasir Tate dan Lyle dalam karung di ambang jendela.

Ross, orang yang harus kutemui, mendongak dari tulisan yang sudah menarik perhatiannya sejak tiga detik setelah aku memasuki ruangan. Ross berkata, “Jadi sekarang,” dan batuk-batuk dengan gugup. Ross dan aku telah membuat kesepakatan yang berlangsung selama beberapa tahun ini – kami saling membenci satu sama lain. Menjadi orang Inggris, hubungan yang pedas ini berkembang dengan sendirinya menjadi kesopanan oriental.

“Duduklah. Jadi sekarang. Rokok?” Sudah kukatakan kepadanya “Tidak, terima kasih” selama dua tahun paling tidak dua kali seminggu. Kotak rokok tatahan murahan (dari pasar loak Singapura) dengan serpihan kayu kupu-kupu, melayang melintasi wajahku.

Ross adalah pegawai biasa; itu berarti dia tidak minum gin setelah pukul setengah delapan malam atau memukul wanita tanpa melepas topinya terlebih dahulu. Hidung Ross pesek panjang, kumis laksana pajangan dinding, rambut pendek yang tersisir rapi, dan kulit warna roti tawar Hovis.

Telepon warna hitam berdering. “Ya? Oh kamu, Sayang.” Ross mengucapkan setiap kata tanpa sama sekali menaruh perbedaan pada intonasi suara. Sejujurnya aku ingin langsung pergi karena orang ini kampret betulan.

 

No comments:

Post a Comment

REVIEW FILM THE MATRIX RESURRECTIONS (2021)

Jadi pil mana yang bakal kau pilih? biru atau merah? terserah Neo. Selepas trilogi film aslinya yang sangat luar biasa, terutama dua film pe...